Thursday, January 10, 2013

French studies has changed my destiny

Tidak merasa malu dan minder menjadi anak lulusan Sastra.

Walaupun terkadang cibiran orang-orang yang terlalu menyakitkan gendang telinga sering kali tidak dapat terbantahkan.


"Oh, kuliah sastra? Mau kerja apa?"

Maaf ya tulisannya gak bisa lebih gede lagi dari itu. Hanya meyakini kalau kalimat tersebut benar-benar membuat sakit hati mahasiswa jurusan sastra.

Mantan dosen saya pernah bilang ;

Yang hari gini masih memandang sebelah mata jurusan apapun, kembali aja deh ke zaman kegelapan.

Saya dulu memang tidak menjadikan Sastra Prancis adalah pilihan pertama kuliah saya waktu SPMB. Boleh dikata, pilihan kedua ini adalah asal-asalan. Tapi bukan salah saya kalau memasuki tahun kedua kuliah, saya ternyata jatuh cinta juga. Prancis, saya begitu cinta mati dengan sejarah dan budayanya.

Ketertarikan saya terhadap aspek budaya itulah yang membuat saya menjadi rajin kuliah sampai akhirnya selesai kuliah kecepetan. Niatnya, saya mau membahas skripsi yang berhubungan dengan Cultural Management di Prancis, tapi apa daya saya malah disuruh non skripsi supaya cepet lulus.

Oiya, buat yang belum tau kuliah Sastra itu apa, dijelaskan sekali lagi ya, bahwa kita tidak hanya belajar melulu tentang bahasa. Misal, saya mahasiswi Sastra Prancis, saya gak cuma belajar bahasa Prancis, tapi saya juga mempelajari Kesusastraan, Sejarah dan Kebudayaannya. Kita juga punya ilmu kuliah umum seperti Filsafat, sedikit Ilmu Antropologi dan Sosiologi. Kemudian, jangan bandingkan juga belajar bahasa di jurusan sastra itu sama aja seperti les di tempat2 kursus ya. Pembelajaran kita lebih ditekankan pada analisa bahasa itu sendiri. Misal, kita tidak hanya bisa membuat sebuah kalimat dalam bahasa Prancis, tetapi kita juga dituntut harus bisa membedah kalimat-kalimat tersebut secara berstruktur. Ilmu linguistik atau bahasa juga dibelah lagi jadi beberapa bagian menjadi Fonetik, MorfologI, Sintaksis, Semantik, Leksikografi, sampai Penerjemahan. Mata kuliah bahasa Prancis pun ada sebanyak 6 tingkat, plus terakhir ada Bahasa Prancis Khusus. Not as simple as that.

Suatu kebanggaan bagi anak sastra manapun, setelah mereka menyelesaikan perkuliahannya, mereka bisa secara nyata mengunjungi negara yang telah mereka pelajari seluk beluknya selama kurang lebih 4 tahun itu.
Ya, dan saya juga.
Saya merasa gak lucu kalau sudah jungkir balik kuliah Sastra Prancis tapi gak bisa ke Prancis langsung. Even, duit pas-pasan. Di pas-pasin bahkan. Paaaaasssss banget. ;p

And, the miracle has come...

Check out this link...

http://www.facebook.com/photo.php?v=10150354556404814&set=vb.694084813&type=3&theater

Kuliah sastra Prancis malah membawa berkah ke Prancis. Rasanya senang bisa melihat semua wujud-wujud di buku kuliah Campus secara nyata di depan mata, bahkan menginjakkannya, menyentuhnya, merasakannya.... whoaa...la vie etait trop parfaite!

French studies, you changed my destiny. Merciiiiiii......





No comments:

Post a Comment