Monday, January 14, 2013

Gerakan Anti Anak Manja.



Cuma bilang, saya paling ga bisa ngeliat anak…seumuran saya dan…… manja. D'OH!!!
Yang apa2 tinggal suruh, tinggal menikmati fasilitas yang dikasih, yang cuma bisa melakukan sesuatu dengan uang, yang cuma bisa terima jadi, yang cuma bisa ngekor, yang cuma bisa enaknya.. Dan yang gak punya prinsip dalam hidupnya.

Ucapan ini keluar sendiri dari mulut seorang anak berumur 24 tahun yang sudah merasakan 18 tahun dimanjakan oleh orangtuanya, yang adalah saya. Kenapa Cuma 18 tahun? Sisanya adalah fase transisi saya menjadi anak yang gak manja, mandiri, atau bahkan sekarang udah terlalu mandiri. Hahaha.

Manja sih boleh, tapi alangkah baiknya sesuai porsi lah ya.

Gak pernah nyalahin juga sih keadaan orang2 yang memang sudah difasilitasi, sudah tinggal jadi, tinggal jalan. Tapi, saya yakin, ada banyak alasan juga utk tidak memakai semua yang ada di mereka, yang memudahkan mereka, untuk mengambil jalan lain yang mungkin jauh lebih challenge-ing dan baik.

Sebagai contoh, jujur, saya lebih appreciate anak yang bisa sukses jadi pejabat dengan usaha dia dari nol even dia anak pejabat daripada mereka yang hanya memakai fasilitas dan memanfaatkan keadaan yang dimilikinya untuk bisa menjadi pejabat juga… seperti…..ayahnya. ;p

Saya juga paling anti ngeliat anak yang cuma bisa ngeluh padahal kehidupannya masih dalam kelas A-B. Adaaaa aja yang dikeluhin. Heran.

Cowok-cowok yang punya pacar cuma dijadiin supir untuk nemenin dia ke salon dan shopping, saya juga prihatin dengan kalian.

Dan satu lagi, saya paling kasian sama anak yang cuma bisa ngabisin duit orangtuanya dan dipake buat hal2 yang  gak penting. Sekalinya bener buat sekolah, di luar negeri pula, eh malah gak selesai-selesai. Atau dikasih modal buat usaha, eh uangnya buat narkoba.

Mungkin mereka tidak tahu betul apa esensi kehidupan, dimulai dari bagaimana kita harus berjuang dalam menjalani hari-hari yang dikasih Tuhan sekaligus menikmati segala jerih payahnya.

Beruntunglah kalian yang pernah merasakan fase bahagia dan susahnya hidup dalam kurun waktu yang cepat. Dengan begitu kalian punya cara pandang yang luas terhadap kehidupan itu sendiri dari dua kacamata yang berbeda. 

Terima kasih atas fase hidup bahagia. Terima kasih atas fase hidup menderita. You've teached us a lot how to survive.



NB ;  Mohon maaf jika saya terlalu nyinyir. Tulisan ini sama sekali tidak berniat untuk menyinggung satupun kaum atau orang tertentu.

2 comments: